Rabu, 31 Oktober 2018

Ldks

Ldks
Menurut saya ldks merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat untuk siswa dalam pengembang mental dan jiwa.dalam hal ini seseorang dapat menjadi lebih baik dalam mengatur diri dan juga dapat menjadi pemimpin yg baik .selama ldks para siswa di bina dalam mengatur waktu, melakukan kerja sama yg baik dll. Untuk itu ldks merupakan acara yg bermanfaat bagi siswa.

Selasa, 02 Oktober 2018

Pantun nasehat

Contoh pantun nasehat
Bikin mie ayam pakai sawi
Ditambah bakso nikmat sekali
Keharusan menjadi manusiawi
Jadilah rakyat yang cinta damai
Lihat hujan teringat mantan
Pertanda jiwa kurang dewasa
Demi menjaga persatuan
Mintalah restu Tuhan yang Esa

Senin, 01 Oktober 2018

Cerpen singkat

Trauma
Terdengar suara ketukan pintu dari luar.
“Silakan masuk.” Sambung Pak Toni dari dalam ruangan.
“Maaf, Pak Toni ada, Pak?” Tanya seorang pemuda yang dipanggil interview panggilan pekerjaan.
“Engga, silakan keluar!“
“Baiklah.”
“Di mana Pak Toni? Kenapa OB yang berada di dalam?” Tanya pemuda itu pada petugas di luar ruangan.
“Ya yang di dalam tadi itu Pak Toni. Dia memang begitu, suka berpura – pura berpenampilan seperti OB untuk mengetes karyawannya.” Ia menjelaskan.
“Maksudnya?”
“Ya kamu gak lolos hari ini, memang begitu Pak Toni. Dahulu dia pernah trauma dengan beberapa karyawannya karena materi

Senin, 17 September 2018

Cerpen

Indahnya sebuah persahabatan
Betapa menyenangkannya menjadi orang kaya. Hidup serba berkecukupan. Apapun yang diinginkan akan terpenuhi. Karena semua sudah tersedia. Seperti halnya Tiyas. Seorang anak orang kaya yang menjadi banyak sorotan, Berangkan dan pulang selalu diantar oleh supir pribadi dan mobil mewahnya.

Meskipun bergelimang harta tiyas tidaklah menyombongkan diri. Tidak kalah dengan Tiyas, Orang tua Tiyas juga merupakan orang yang baik dan ramah, Tidak berpatokan pada harta dalam bergaul dan tidak membeda-bedakan orang disekelilingnya. Kawan-kawan Tiyas sangat suka dan betah berlama-lama di rumah Tiyas karena mereka selalu disambut ramah dan diperlakukan seperti keluarga sendiri oleh keluarga Tiyas
Tiyas memiliki seorang sahabat yang sangat setia menemaninya dalam menghadapi lika liku kehidupan. Tidak jauh dari rumahnya Dwi sahabat tiyas tinggal di kampung dekat rumah Tiyas, hanya saja dipisahkan oleh RT saja. Namun sudah hampir dua minggu Dwi tidak mengunjungi Tiyas di rumahnya. “Hmmm Dwi kemana ya mah, Biasanya hampir setiap hari Dwi main kesini. Tapi ini sudah hampir lewat dua minggu Dwi tidak datang lagi.” Ujar Tiyas. “Mungkin Dwi sedang sakit!” jawab Mama Tiyas. “Ih, iya juga ya mah, siapa tahu memang Dwi lagi sakit. Kalo begitu nanti sore Tiyas mau menengoknya” katanya  dengan penuh semangat.

Sudah lima kali Tiyas mengetuk pintu rumah Dwi. Karena menunggu lama tidak kunjung dibuka akhirnya Tiyas memberanikan diri untuk bertanya kepada tetangga tentang menghilangnya Dwi. Benar saja, Ternyata sudah dua minggu Dwi ikut orang tuanya pulang ke desa. Sebab ayahnya habis kena PHK. Akhirnya keluarga Dwi memutuskan untuk kembali ke desa dan memilih menjadi petani.
“Oh, kasihan sekali Dwi,” ujarnya didalam hati,
Di rumahnya, Tyas tampak melamun sambil memikirkan nasib sahabat setianya itu.
“Ada apa Yas? Kok kamu nggak seperti biasanya, malah tampak lesu dan kurang semangat.” Papa bertanya sambil menegur.
“Dwi, Pa.” Jawab Tiyas
“Memangnya ada apa dengan Dwi sehingga membuatmu muram, Apa dia sedang sakit?” Tyas menggeleng kepada ayah.
“Lantas kenapa?” Papa menjadi penasaran.
“Sekarang Dwi sudah pindah rumah. Kata tetangga sebelah rumahnya Dwi ikut orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya habis di PHK dan memilih untuk menjadi petani”.
Sambil menatap Tiyas papa termenung memikirkan ucapan tiyas dengan rasa setengah tidak percaya.
“Kalau Papa tidak langsung percaya, Coba tanya deh, sama Pak RT atau ke tetangga lain” ujarnya.
“Lalu apa rencana kamu?”
“Aku harap Papa bisa menolong Dwi!”
“Maksudmu?”
“Aku pengen Dwi bisa disini lagi” Tyas  memohon dengan agak mendesak.
“Baik kalau itu bisa biki kamu seneng. Tapi, kamu harus bisa mencari alamat rumah Dwi yang di desa” kata Papa.
Berkat bantuan pemilik kontrakan bekas rumah Dwi akhirnya tiga hari kemudian Tiyas berhasil memperoleh alamat rumah Dwi yang berada di desa. Ia merasa sangat senang. Kemudian Papa bersama dengan Tiyas datang ke rumah Dwi di sebuah desa terpencil dan lokasi rumahnya masih masuk ke dalam lagi. Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami disambut orang tua Dwi dan Dwi sendiri. Betapa gembira hati Dwi ketika bertemu dengan Tiyas. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu. pada awalnya Dwi sangat kaget dengan kedatangan Tiyas secara tiba-tiba.
“Maaf ya Yas. Aku tak sempat memberi kabar ke kamu kalo aku mau pindah”
“Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku sudah ketemu kamu dan merasa senang.”
Setelah berbincang cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangan mereka kepada orang tua Dwi. Ternyata orang tua Dwi tidak keberatan, mereka menyerahkan segala keputusan kepada Dwi sendiri.
“Begini, Wik, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu untuk ikut kami ke Surabaya. Kami menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Wi, apakah kamu bersedia ikut?” Tanya Papa.
“Soal sekolahmu,” lanjut Papa, “kamu nggak usah khawatir. Sseluruh biaya pendidikanmu biar papa yang menanggung.”
“Baiklah kalau memang Bapak dan Tiyas menghendaki saya ikut, saya mau pak. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau membantu saya dan keluarga saya.”
Kemudian Tiyas bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Dwi. Tampak mata Tyas berkaca kaca tidak kuat menahan kebahagiaan. Kini Dwi tinggal di rumah Tiyas. Sementara orang tuanya tetap tinggal di desa. Selain untuk mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Dwi yang sudah semakin tua.

Rabu, 22 Agustus 2018

Perjalanan Kirab Obor Asian Games 2018




Perjalanan Kirab Obor Asian Games 2018 Sepanjang 18.000 KM Dimulai Dari Yogyakarta

Yogyakarta, 16 Juli 2017 – Prosesi penyalaan api obor atau torch relay Asian Games 2018 dimulai dari pengambilan Api Abadi di Major Dhyan Chand National Stadium, India (15/7) dan Api Abadi tersebut telah diserahkan kepada atlet legendaris Indonesia, Susi Susanti sebagai pembawa obor utama Asian Games 2018 untuk dibawa ke Yogyakarta.
Setelah diinapkan sehari di Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta, Api Abadi tersebut kemudian akan dipertemukan dengan Api Abadi yang diambil dari Mrapen, Jawa Tengah pada acara konser pelepasan resmi Asian Games Torch Relay di Candi Prambanan malam ini (18/7).
Pagi ini, pengambilan Api Abadi Mrapen telah dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani. Api Abadi Mrapen yang merupakan fenomena geologi sumber api yang keluar dari perut bumi dan tidak pernah padam meski diguyur hujan tersebut, mala mini akan dipertemukan dengan Api Abadi dari India melalui satu seremoni penyalaan kirab obor atau torch relay Asian Games 2018 di Candi Prambanan, Jawa Tengah.
Seremoni yang berupa konser musik pelepasan resmi Asian Games Torch Relay akan dipimpin langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla. Kemeriahan Konser Kirab Obor ini akan didukung dengan kehadiran 45 perwakilan negara peserta Asian Games 2018 serta para atlet dan artis ternama Indonesia. Konser ini menandai Candi Prambanan sebagai titik Nol awal perjalanan Api Obor Asian Games sebelum dibawa oleh para pelari kirab obor melewati 18 Propinsi, 54 kota, dan 64 titik dalam 35 hari sejauh 18,000 kilometer. Kirab obor selama satu bulan penuh tersebut akan melibatkan ribuan masyarakat setempat.
Dimulai dengan dibawa mengelilingi kota Yogyakarta, Kirab obor akan berlanjut menuju kota Surakarta atau lebih dikenal dengan nama Solo. Rencananya obor akan diterima di Stadion Sriwedari Solo pada siang hari tanggal 19 Juli 2018. Dalam kegiatan Kirab Obor di Solo ini akan diramaikan dengan kehadiran artis Dian Sastrowardoyo dan mantan atlet badminton Sigit Budiarto.
Kirab obor akan melintasi tempat-tempat yang menjadi destinasi wisata Indonesia. Oleh karena itu, Panitia Pelaksana Asian Games 2018 percaya bahwa kirab obor ini dapat membantu promosi pariwisata Indonesia dan mendatangkan wisatawan mancanegara maupun domestik. Sebagai upaya memeriahkan kirab obor, pada setiap kali obor sampai di tujuan, akan terdapat sambutan atau perayaan yang telah dipersiapkan oleh masing-masing daerah.

Kenapa Saya Memilih SMAN 68 Jakarta


Kenapa Saya Memilih Sman 68 Jakarta Pusat?

Karena  saya ingin sekali masuk ke SMAN 68 jakarta dan bukan hanya itu tujan saya.saya juga ingin mendapatkan undangan PTN yg ternama,karena enam delapan mempunyai jalur undangan terbanyak dari ui. Karena itu saya merasa tertantang untuk mendapatkannya.
Pada awalnya saya ragu antara memilih SMAN 68 atau SMAN 77 sebagai sekolah selanjutnya, setelah saya pikir panjang  akhirnya saya memilih SMA 68 sebagai sekolah selanjutnya. Jika saya masuk di sini saya akan mendapat peluang besar untuk mendapatkan jalur undangan. Dengan Na rata rata UNBK 35,3  akhirnya saya bisa masuk ke SMA 68 melalui jalur lokal.

Rabu, 25 Juli 2018

Indonesia saat ini

Hi my name is Farid I want to show you about general Sudirman 

Happy and enjoy:>
Hasil gambar untuk gambar jendral sudirman

Happy and enjoy:>
General of army. Raden Soedirman (Perfected Spelling)Sudirman; 24 January 1916 – 29 January 1950) was a high-ranking Indonesian military officer during the Indonesia National Revolution. The first commander of the Indonesian National Armed Forces, he continues to be widely respected in the country.
Born in Purbalingga, Dutch East Indiest, Sudirman moved to Cilacap in 1916 and was raised by his uncle. A diligent student at a Muhammadiyah-run school, he became respected within the community for his devotion to Islam. After dropping out of teacher's college, in 1936 he began working as a teacher, and later headmaster, at a Muhammadiyah-run elementary school. After the Japanese occupied the Indies in 1942, Sudirman continued to teach, before joining the Japanese-sponsored Defenders of the Homeland as a battalion commander in Banyumas in 1944. In this position he put down a rebellion by his fellow soldiers, but was later interned in Bogor. After Indonesia proclaime its independence on 17 August 1945, Sudirman led a break-out then went to Jakarta to meet President Sukarno. Tasked with overseeing the surrender of Japanese soldiers in Banyumas, he established a division of the People's Safety Body there. On 12 November 1945, at an election to decide the military's commander-in-chief in Yogyakarta, Sudirman was chosen over Oerip Soemohardjo in a close vote. While waiting to be confirmed, Sudirman ordered an assault on British and Dutch forces in Amabarawa. The ensuing battle and British withdrawal strengthened Sudirman's popular support, and he was ultimately confirmed on 18 December.
During the following three years Sudirman saw negotiations with the returning Dutch colonial forces fail, first after the Linggadjati Agreement – which Sudirman participated in drafting – and then the Renviller Agreement; he was also faced with internal dissent, including a 1948 coup d'etat attempt. He later blamed these issues for his tuberculosis, which led to his right lung being collapsed in November 1948. On 19 December 1948, several days after Sudirman's release from the hospital, the Dutch launched an assault on the capital. Sudirman and a small contingent escaped Dutch forces and left the city, making their headquarters at Sobo, near Mount Lawu There Sudirman commanded military activities throughout Java, including a show of force in Yogyakarta on 1 March 1949. When the Dutch began withdrawing, in July 1949 Sudirman was recalled to Yogyakarta and forbidden to fight further. In late 1949 Sudirman's tuberculosis relapsed, and he retired to Magelang, where he died slightly more than a month after the Dutch recognised Indonesia's independence. He is buried at Semaki Heroes' Cemetery in Yogyakarta.
Sudirman's death was grieved throughout Indonesia, with flags flown at half-mast and thousands gathering to see his funeral convoy and procession. He continues to be highly respected in Indonesia. His guerrilla campaign has been credited with developing the army's esprit de corps, and the 100-kilometre (62 mi) long route he took must be followed by Indonesian cadets before graduation. Sudirman featured prominently on the 1968 series of rupiah banknotes, and has numerous streets, museums, and monuments named after him. On 10 December 1964 he was declared a National Hero of Indonesia.